CERDAS, DISIPLIN, MANDIRI, SOLIDER, BERTAKWA

Tempe Makanan Sehat Berkhasiat

Tempe Makanan Sehat Berkhasiat

(Sebuah Catatan Kegiatan Kokurikuler Kelas 3 SD Pangudi Luhur Yogyakarta)

Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang telah dikenal luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Terbuat dari kedelai yang difermentasi dengan bantuan kapang Rhizopus oligosporus, tempe memiliki tekstur padat dan rasa gurih yang khas. Selain menjadi sumber protein nabati yang tinggi, tempe juga mengandung serat, vitamin B, dan zat besi yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Di tengah gempuran makanan cepat saji, tempe tetap menjadi pilihan yang sehat dan ekonomis bagi masyarakat Indonesia.

Keberadaan tempe sebagai makanan tradisional mulai tergeser oleh makanan modern yang dianggap lebih praktis dan bergengsi. Banyak anak-anak dan remaja yang lebih memilih burger atau mi instan daripada sepiring tempe goreng hangat. Hal ini selaras dengan pendapat Utomo, A.W (2016: 69) yang menjelaskan bahwa 63,2% anak lebih menyukai makanan cepat saji seperti burger, mi instan, dan pizza. Sementara ada 36,8 % anak yang mengaku menyukai makanan tradisional daerah seperti gudheg, geplak, dan thiwul.  Padahal, tempe memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh makanan cepat saji, yaitu kandungan probiotik alami yang baik untuk pencernaan dan daya tahan tubuh. Jika dikenalkan sejak dini, tempe bisa menjadi bagian penting dari pola makan sehat anak-anak.

Melalui kegiatan kokurikuler kelas 3 dengan tema ‘Kearifan Lokal’ yang dilaksanakan pada Selasa 23 September 2025 sampai 26 September 2025, siswa diajak untuk mengenal lebih dekat proses pembuatan tempe, mulai dari tahap-tahap membuatnya yaitu merendam kedelai, mencuci, hingga fermentasi. SD Pangudi Luhur mendatangkan nara sumber, pengrajin tempe, yang sering dianggil dengan sebutan Eyang Ari. Beliau melayani pemesanan tempe untuk para dokter dan perawat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Sebagai seorang mantan perawat, beliau menekankan bahwa pembuatan tempe yang diutamakan adalah kebersihan. Kebersihan mencakup kedelai yang diolah dan alat-alat yang digunakan dan yang utama adalah air yang digunakan harus benar-benar bersih, tidak berasa dan tidak berbau.

Anak-anak sungguh antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Meskipun mereka harus berulangkali mencoba untuk belajar cara membungkus tempe dengan daun pisang kemudian bungkus tersebut ditali dengan daun pandan, tetapi semua merasa tertantang, berlatih kesabaran, dan selalu mencoba sampai berhasil.   Sebagai puncaknya, pembelajaran kokurikuler diakhiri dengan festival makanan berbahan dasar tempe. Kegiatan kokurikuler ini tidak hanya menumbuhkan rasa cinta terhadap makanan tradisional, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kesabaran, kerja sama, dan kebersihan. Anak-anak menjadi lebih menghargai makanan yang mereka konsumsi dan memahami bahwa makanan sehat tidak harus mahal atau berasal dari luar negeri.

Pengenalan tempe sebagai makanan sehat berkhasiat ini dipadukan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Seni Rupa. Kegiatan belajar berjalan secara menyenangkan dan mengasyikkan, sehingga diharapkan generasi muda dapat kembali mencintai makanan tradisional melalui praktik pembuatan tempe.  Tempe bukan hanya sekadar lauk, tetapi juga simbol kearifan lokal dan identitas bangsa. Menjaga eksistensi tempe berarti menjaga warisan budaya Indonesia agar tetap hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi. Menjaga eksistensi tempe berarti menjaga warisan budaya Indonesia sebagai harta yang tak akan lekang oleh waktu, keberadaan tempe akan tetap hidup dan berkembang di tengah arus globalisasi. (Chatarina Wahyu Pengasih)

 

Share this post :

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest