Tim Dolanan Anak di Gelar Macapat Peringatan Hari Jadi ke 269 Tahun DIY
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan Gelar Macapat 2024 di Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo (Eks KONI Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) pada hari Kamis, 7 Maret 2024. Kegiatan tersebut dimulai pukul 18.00 sampai selesai.
Gelar Macapat 2024 dilaksanakan dalam rangka Peringatan Hari Jadi Propinsi DIY yang ke-269. Gelar macapat didukung oleh para Pelaku Seni dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi DIY.
Tahun ini gelaran Macapat dikolaborasi dengan tembang dolanan anak yang merupakan pengembangan dari tembang macapat tersebut. Macapat merupakan penilanggalan kebudayaan nenek moyang yang banyak memberikan pelajaran, tuntunan, dan pendidikan karakter terutama untuk pengembangan pribadi terutama generasi muda.
Kegiatan Gelar Macapat ini yang diselenggarakan Dinas kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa ini sebagai sarana untuk melestarikan Seni dan Sastra Macapat sehingga tembang macapat tansah lestari dan pelaku seni serta masyarakat semakin mengembangkan seni Macapat terutama generasi muda atau anak-anak.
SD Pangudi Luhur Yogyakarta ditunjuk Dinas Kebudayaan DIY untuk menampilkan dolanan anak yang pernah menjadi juara 1 Lomba Dolanan Anak di Plaza Hotel Ambarukma Yogyakarta dalam rangka Peringatan Hadeging Kadipaten Pakualaman ke 247 Tahun Jawa.
Gelar Macapat yang dikolaborasi dengan dolanan anak ini mengambil judhul “Aja Melik Barang Melok”. Pentas dolanan anak ini didukung oleh 30 pelaku seni yang terdiri dari 14 pengrawit, 8 penari/penyanyi, dan 8 kru dolanan anak yang dikoordinir oleh Bapak Drs. Wahyudi Purnomo..
Naskah Dolanan Anak tersebut terdiri dari 5 buah lagu dolanan anak dengan judul Taman Sari, Cohung, Bakul Dhawet, Sir Kondhang, dan Welingku. Kelima lagu dolanan tersebut diambil sebagai sarana untuk melestarikan budaya tradhisional agar tetap lestari dan sekaligus sebagi penanaman nilai-nilai/ karakter bagi generasi muda terutama anak-anak.
Nilai-nilai yang ada pada kelima tembang tersebut sebagai berikut: Tembang Taman Sari : Taman Sari merupakan tempat yang indah yang ditanami berbagai macam bunga atau tanaman lain yang harus dijaga agar tetap indah. Anak-anak diajak bekerjasama untuk menjaga taman (lingkungan), merawat, dan tidak memetik/merusak taman tersebut. Nilai kerjasama dalam menjalankan tugas sebagai sarana untuk mencintai lingkungan dan juga mencari jati diri anak dalam menanamkan nilai cinta lingkungan.
Tembang Cohung: Hasil sebuah kerja kelompok atau bekerja bersama adalah keberhasilan bersama. Namun tidak jarang ada anak yang merasa bahwa keberhasilan kelompok itu merupakan keberhasilan secara pribadi. Tidaklah baik jika dalam kelompok merasa dirinya sebagai yang paling berperan atau paling unggul, paling berkuasa seperti seorang Tumenggung atau seorang Pangeran. Nilai yang ditanamkan adalah anak tetap rendah hati, selalu kompak, dan mau menghargai temannya dalam keadaan apapun.
Tembang Bakul Dhawet :Banyak pekerjaan yang ada di sekitar anak-anak. Banyak juga anak-anak mempunyai cita-cita agar nanti setelah selesai pendidikan mendapatkan pekerjaan. Setiap pekerjaan itu jika dikerjakan dengan sebaik-baiknya tentu akan memberikan manfaat atau berkah bagi sesama. Lagu Bakul Dhawet mengandung nilai ketekunan, kesabaran, keuletan di dalam menyiapkan minuman dhawet tersebut. Bagi anak yang mau berbagi dengan temannya yang tidak bisa membeli dhawet merupakan wujud kerelaan, kepedulian, empati, dan juga rasa persatuan. Nilai-nilai ini yang harus selalu diwujudkan dalam kehidupan bersama.
Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering menjumpai anak yang merasa didinya paling pinter, unggul, kaya, dan lebih dari yang lain. Kata lain anak yang sombong. Kesombongan dalam bekerjasama akan merusak komunikasi atau situasi yang menyebabkan kerenggangan atau kurang harmonis. Jangan sampai muncul kesombongan dalam kehidupan anak-anak seperti yang tertuang dalam lagu Sir Kondhang
Tembang Welingku: Adalah sebuah weling atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis lagu supaya anak-anak selalu memerhatikan. Dalam dolanan tersebut seorang anak menemukan anting milik temannya, namun tidak segera menyerahkan atau memberikan kepada guru. Hal itu berarti Melik Barang Kang Melok. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran, dan tanggung jawab. Menginginkan barang yang bukan miliknya merupan awal bagi anak untuk menjadi koroptor nantinya. Maka kita berpesan kepada anak-anak agar menghindari hal tersebut sebelum terjadi.
Itulah nilai-nilai yang perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi sarana penanaman karakter terhadap anak yang akan menjadi pengganti kita semua yang telah tua.
Dalam Gelar Dolanan anak diakhiri dengan Lancaran Adeging DIY garapan terbaru Bapak Drs. Wahyudi Purnomo sebagai ucapan syukur atas Hari Ulang Tahun Provinsi DIY yang ke-269. Semoga Provinsi DIY tetap jaya, lestari, aman, tenteram, dan masyarakat guyup rukun. Nuwun
Oleh : Bapak Pardiyana
